Rabu, 29 Juli 2015

Brintik



Hup, ia melompat dari ketinggian  80 cm. Ia bebas melompat, berlari ke sana kemari.  “ hore bebas”, kata Dolly,  “ayo Brin lompat”. Sambil memandang ke arah ia tadi melompat. Terlihat sosok Brin yang menjulur-julurkan kepalanya ke bawah, “ Abang, gimana nih, tinggi banget”. Dolly, “ayo cepet lompat ga apa apa kok, ga usah takut,  ayo kita main mumpung pintu kandangnya lagi di buka". Brin kembali memberanikan diri untuk bersiap melompat, “huah, abang ga bisa nih. Aku kan juga mau main. Bagaimana dong?”. Dolly tidak mendengar perkataan brin karena dia sibuk menggali lubang di sekitar pohon mangga. 

Pohon mangga sudah berusia 20 tahun, tidak lagi berbuah, daunnya mulai meranggas dan ditumpangi benalu, kulit pohonnya mulai retak karena termakan usia. Disekitar akar pohon tua tsb terlihat gundukan sarang semut merah. Dolly tidak merasa takut pada semut-semut merah itu, dia mulai menggali terus menggali dengan kedua kaki depannya.  Nyam-nyam-nyam, mulutnya mulai terlihat mengunyah akar-akar kecil pohon mangga tsb. “Abang, dimana kamu”, kata Brin. Brin masih belum melompat keluar, sesekali ia melongo ke bawah “ seram, knapa tinggi banget sih” lanjut Brin. Sang empu yang sengaja melintas untuk melihat apakah kedua peliharaannya tsb sudah keluar kandang apa belum menemukan bahwa Brin masih berada dalam kandangnya. “Oh, kamu ga berani melompat ya” ujar sang empu. Hup, lantas ia pun mengangkat tubuh Brin kemudian menurunkannya di tanah. “Sana main” ujar sang empu. Brin, senang sekali akhirnya dia bisa main di tanah. Berlari, melompat, selonjoran, menggali lubang, menggoda kucing tetangga yang kadang mampir tidur di teras rumah. Hup, hup hup, dia melompat kegirangan. Kemudian Brin melihat sosok Dolly. “Abang, lagi apa?”, kata Brin...sruk, sruk, “ ayo sini bantuin, akar ini enak loh, mau?”. Segera ia menghampirinya. Mereka berdua lalu sibuk menggali dan menggali. Lelah menggali mereka, mereka bersantai di bawah kandang. Tinggi kaki kandang sekitar 20 cm dari tanah, sehingga memungkinkan mereka beristirahat dibawahnya.
  
Angin datang seolah meniup bulu-bulu lembut mereka. ”ah,  Ademnya”, kata Brin.  Tak terasa hari telah sore. sang empu datang menghampiri tempat mereka beristirahat, serta mencoba menangkap mereka. “Ih, apain sih kami kan masih mau maen” kata Brin. Keduanya lantas melompat dan berlari menghindari tangan-tangan yang berusaha menangkap. “tertangkap kalian, ayo masuk ke kandang, sudah sore", gumam sang empu.  Tak lama kemudian terdengar suara Krauk, krauk dari kangkung  yang sedang dikunyah Brin dan Dolly sebagai menu makan sore itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar