Rabu, 27 Mei 2015

The New York Times: Menulis Berita Tanpa Takut atau Memihak



Judul buku : The New York Times: Menulis Berita Tanpa Takut atau Memihak
Penulis : Ignatius Haryanto
Tahun buku : 2006
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit :Yayasan Obor Indonesia
Tebal buku: XXVI + 120 hlm.

New York Times (NYT) dalam usianya yang kini telah lebih dari 100 tahun, di kala industri pers di dunia makin menjadi komersil, dan makin menonjolkan sisi hiburan dibanding sisi informasinya tetap semangat untuk menjalankan praktik jurnalistik yang terbaik, dan juga menyampaikan berita tanpa pandang bulu, tanpa takut atau memihak.  
NYT sendiri telah terbit sejak tahun 1851 dan namun baru pada tahun 1896, Adolph Ochs membelinya dari R. Miller. Dari awal Ochs menghindari korannya untuk menjadi organ partai politik atau kelompok bisnis. Ochs sukses mengelola NYT dengan banyak menyajikan berita-berita ekonomi, hukum, dunia pemerintahan serta ulasan buku serius. Dari kumpulan berita-berita tersebutlah koran ini kemudian disukai pembacanya. 
Banyak hal yang bisa dipelajari dan dapat dijadikan panutan dari koran The New York Times ini. Selain sebagai koran peraih penghargaan jurnalistik Pulitzer terbanyak dibanding koran lain di Amerika antara tahun 1918-2004 melalui liputan politik dalam negeri, liputan internasional, pemberitaan soal sains, laporan investigasi, dan editorial serta mempunyai pengaruh yang luas baik terhadap para pembacanya maupun petinggi di Amerika. 
Pencapaian Times sebagai grup perusahaan sampai saat ini memliliki 27 surat kabar, 9 buah mingguan, 5 stasiun tv lokal, dan 2 stasiun radio. Memang dibandingkan dengan perusahaan media lainnya Times tidak sangat agresif dalam hal ekspansi memperluas kerajaan medianya.
Pada kepemimpinan NYT generasi keempat, Arthur Jr. ini dihadapkan pada tantangan apakah koran ini dapat meneruskan dan mengembangkan semangat Adolph Ochs, sementara industri pers yang dihadapi oleh saat ini sudah berbeda sekali dengan zaman Ochs. Pada zaman Ochs sarana untuk menyampaikan berita bisa menggunakan kawat telegraf, telepon, dan pos, sementara pada industri pers saat ini menghadapai tantangan serius dari media lain bernama internet. 
Beberapa peristiwa penting yang pernah dihadapi oleh NYT:
Kasus Jason Blair
Pada April 2003, NYT pernah diguncang oleh kasus Blair yang merupakan kasus malapratik jurnalistik. Lalu bagaimana NYT menyikapi kasus ini? selain permintaan maaf secara terbuka, NYT pun melakukan restrukturisasi internal organisasi, membentuk kelembagaan public editor serta memperbaiki kode etik yang mereka miliki agar kejadian ini tidak terjadi lagi di masa depan.
Reputasi untuk menjadikan NYT sebagai koran yang dipercaya oleh publik Amerika, bukanlah terjadi dalam semalam. Butuh waktu lebih dari seratus tahun untuk mendirikan kepercayaan publik dan juga membangun prestasi yang membuatnya jadi referensi utama pembuatan kebijakan berbagai hal krusial di dunia.
Perseteruan dua kantor utama: New York dan Washington
Di Times ada dua kota utama dalam koordinasi pemberitaan, New York dan Washington. Para reporter dan redaktur dari kedua biro ini saling menonjolkan diri dan bersaing satu sama lain, walaupun keputusan utama tetap diambil oleh biro New York. Menurut Gay Talese dalam bukunya The Kingdom and The Power, ada suatu kekakuan tersendiri di kalangan dinasti Ochs-Sulzberger dalam mengelola berita, dan membuat jajaran mobilitas vertikal para editor berbakat tersendat karena bagaimana pun juga mereka yang ada di puncak kekuasaan redaksi haruslah orang yang direstui oleh klan keluarga ini. kebijakan surat kabar ini adalah kebijakan keluarga tersebut dalam bidang jurnalistik, dan ada semacam mekanisme tersendiri yang dilakukan oleh klain ini untuk menyingkirkan orang-orang yang dianggap tak bisa mereka terima untuk naik ke posisi yang lebih tinggi. 
Perang dunia I
Pada liputan perang dunia I, ketika perang baru mulai dan Amerika belum terlibat dalam perang tersebut, pemberitaan dan foto-foto banyak diambil dari sisi Jerman, sementara sebaliknya, dalam editorial NYT, redaksi menghujat pemerintah Jerman dan Austria yang dianggapnya telah menyebabkan terjadinya perang. Posisi yang seperti ini membuat banyak pihak marah, baik dari pihak Amerika maupun di Jerman. Keseluruh awak NYT sadar dengan apa yang telah mereka lakukan, dan mereka siap dengan risiko atas sikap yang diambilnya. Atas sikap yang tegas tadi, pembaca times menunjukkan penghargaannya.
Perang dunia II
Pada liputan perang dunia II, Times mengerahkan seluruh wartawannya untuk mengali informasi dari berbagai sisi, dan dari berbagai lokasi sehingga seakan Times tak kehilangan setiap sudut berharga dalam sejarah yang sedang terjadi saat itu. Times lebih mengutamakan kualitas liputan daripada meningkatkan pendapatan iklan tanpa mengurangi mutu korannya. 
Krisis Kuba 1961
Untuk pertama kalinya para editor NYT berbeda pandangan menyangkut pemberitaan penyerbuan Amerika ke Kuba pada tahun 1961. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Presiden Kennedy. Kebijakan yang diperdebatkan adalah untuk memperkecil ruang pemberitaan terhadap liputan penyerbuan ke Kuba (Teluk Babi), karena di dalam penyerbuan itu ada keterlibatan CIA. Kubu pendukung kebijakan (Dryfoss dan Reston) berpikir jika Times menerbitkan laporan rencana penyerbuan itu maka akan membahayakan pertahanan, dan keamanan nasional Amerika. Sementara kubu penentang kebijakan (Daniel etc), menolak sikap swasendor dari Times tersebut, dan bahkan telah merencanakan agar liputan itu menempati halaman pertama. Kemudian para editor kubu penentang ini meminta agar Dryfoss sendiri yang mengucapkan secara terbuka pelarangan tulisan tersebut, serta menyebutkan alasannya. Dryfoss akhirnya berbicara terbuka tentang perhatiannya terhadap masalah pertahanan, dan keamanan Amerika dan juga untuk kehidupan banyak orang Kuba. Tapi setelah penyerangan gagal, presiden Kennendy menyebutkan bahwa Times terlalu protektif untuk kepentingan Amerika dan seharusnya Times mencetak seluruh berita yang mereka ketahui sebelum penyerangan dimulai untuk menggagalkan operasi itu dan juga untuk menghindari banjir darah yang terjadi kemudian. 
Vietnam dan Pentagon Papers
Halberstam adalah koresponden Times yang ditugaskan melaporkan peristiwa di Vietnam Selatan secara fulltime sejak tahun 1962-1964. Dalam salah laporannya, Halberstam mengatakan bahwa kenyataannya Amerika tak pernah menang di Vietnam. Atas laporan tersebut presiden Kennendy merasa terganggu, dan ia mengatakan kepada Arthur Ochs “Punch” Sulzberger, bahwa Halberstam telah kehilangan objektivitasnya dalam menulis berita. Bahwa ia “terlalu dekat dan terikat oleh objek beritanya” dan menyarankan agar Halberstam dipindahkan ke tempat lain saja. Buat Punch di sini masalahnya bukanlah soal apakah kebijakan Amerika di Vietnam Selatan itu benar atau salah, ataupun masalah apakah Halberstam objektif atau tidak, tapi persoalan utamanya apakah seorang presiden Amerika punya hak untuk mengatakan pada korannya apa yang harus mereka lakukan terhadap reporternya.  
Pentagon papers merupakan dokumen sejarah tentang keterlibatan Amerika di Vietnam. Times menurunkan serial laporan pentagon papers dengan pertimbangan bahwa agar dokumen tertutup ini bisa diketahui oleh publik, bahwa pada saat Amerika berusaha untuk menjadikan Vietnam merdeka dari pengaruh komunis, Amerika pun mendukung usaha Perancis untuk kembali menguasai Vietnam, dengan cara melakukan perang, lalu menyabotase Perjanjian Genewa yang diprakarsai oleh Perancis, dan menciptakan kelompok lain di Vietnam Selatan untuk melawan pengarus komunis. Pada saat yang sama pula pemerintah Amerika berbohong kepada konggres atas apa yang mereka lalukan di Vietnam. 
Atas serial laporan tersebut, pemerintah Amerika meminta Times untuk menghentikan laporannya melalui pihak kejaksaan, dan menyebutkan bahwa meneruskan laporan tersebut akan menyebabkan kerugian yang tak dapat diperbaiki bagi kepentingan keamanan Amerika. Namun pihak Times tidak bergeming dengan permintaan tersebut. Pemerintah Amerika pun mengugat Times. Pada putusan di tingkat Mahkamah Agung, NYT dapat meneruskan publikasi serial pentagon papers. Karena dalam amandemen pertama Amerika, ada pengakuan yang sangat tegas atas kebebasan berbicara dan kebebasan pers. 
Fakta di atas mengungkapkan bahwa NYT selalu berusaha menyajikan informasi-informasi yang merupakan hak publik. Mereka memperlakukan pembaca, pengusaha, pengiklan, pengusaha secara setara dalam kebutuhannya terhadap informasi. NYT pun pernah menghadapi tekanan politik dari pemerintahan yang berkuasa namun mereka tetap bisa memegang teguh semangat pendiri NYT “menyampaikan berita tanpa pandang bulu, tanpa takut atau memihak”.

Kitchen



Judul buku : Kitchen
Penulis : Banana Yoshimoto
Tahun buku : 1988
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit : KPG
Tahun : 2009
Tebal : 200 hlm

Kematian adalah suatu yang berat tapi mau tidak mau kita akan mengalaminya. Orang-orang yang dekat dengan kita lenyap satu per satu dalam hitungan waktu. Ketika tersadar, diri kita akan sebatang kara, semua yang ada di depan mata tampak tak nyata. Peristiwa kematian itu lah yang menjadi penghubung di antara kedua tokoh yang ada di buku Kitchen ini. Mikage Sakurai dan Yuichi Tanabe.

Sebelum dipungut oleh keluarga Tanabe, Mikage tinggal berdua saja dengan neneknya di sebuah apartemen di daerah Tokyo. Dia telah kehilangan kedua orang tuanya ketika masih kecil dan kakeknya ketika menjelang masuk SMP. Kemudian neneknya pun meninggal dunia dan hal tsb membuatnya terpukul. Berteman dengan kesedihan yang begitu menyakitkan, membuatnya gelisah dan mencari tempat yang nyaman untuk meringkuk di balik selimut lalu tidur.

Bagian dari rumah yang paling disukainya ialah dapur. Orang sering bilang, kita bisa menilai tipe pemilik rumah hanya dengan melihat kesukaan pemiliknya. Di mana pun, seperti apapun, sepanjang tempat itu dapur dan digunakan untuk memasak makanan. Dia menyukainya. Ada berhelai-helai lap kering bersih dan ubin putih berkilau. Kulkas berukuran raksasa yang memuat berbagai bahan makanan untuk persediaan selama musim dingin juga ada di sana. Mikage sering terlena dalam pemikiran seperti ini; jika suatu hari tiba waktuku untuk mati, aku ingin mengembuskan nafas terakhirku di dapur. Tentu menyenangkan mati di dapur.

Namun pada kenyataannya hidup memang menakjubkan. Yuichi Tanabe kemudian datang untuk mengundang Mikage tinggal bersamanya. Nenek Mikage memang meninggalkan uang walaupun begitu apartemen mereka itu terlalu luas dan terlalu mahal untuk ditempati seorang diri.

Yuichi bekerja paruh waktu di toko bunga yang kerap dikunjungi nenek. Karena menyukai bunga potong dan agar tidak kehabisan bunga untuk di dapur, maka nenek berkunjung ke toko itu dua kali seminggu dan Yuichi pernah datang ke apartemen mereka untuk mengantarkan pot berukuran besar.

Yuichi tinggal bersama ibunya Eriko. Eriko berpenampikan sangat mempesona. Rambutnya tergerai indah sampai ke bahu, kedua matanya yang sipit bersinar cemerlang, bentuk bibirnya bagus, hidungnya mancung. Bila diperhatikan seksama Eriko juga memiliki kekurangan–kekurangan yang manusiawi; kerutan karena usia ataupun gigi yang kurang rapi. Meski begitu, dia tetap luar biasa.  Yuichi bercerita, dulunya Eriko laki-laki, nama sebenarnya Yuji. Eriko adalah nama istrinya. Sejak istrinya meninggal dunia, Eriko berhenti bekerja. Dia bilang, dia sudah tidak bisa mencintai siapa-siapa lagi dan tak punya sanak keluarga lagi. Dengan memikirkan membesarkan anak seorang diri, dia memutuskan untuk menjadi perempuan. Karena tak suka setengah-setengah, dia mengoperasi seluruh tubuhnya, termasuk wajah dan dengan uang yang tersisa, dia membeli kelab malam.

Mikage tinggal hampir setengah tahun tinggal bersama dengan keluarga Tanabe. Mikage juga memutuskan untuk berhenti kuliah dan memfokuskan diri untuk belajar memasak secara otodidak. Sepanjang musim panas, dia terus-menerus memasak seperti orang gila. Dia menggunakan semua upah kerja paruh waktunya untuk membeli keperluan memasak, dan jika gagal dia akan mengulangi lagi semua proses dari awal sampai berhasil. Berkat kegilaannya memasak, mereka bertiga sering makan bersama. Pada awal musim gugur, Mikage mengikuti ujian penyaringan untuk menjadi asisten peneliti masakan. Mikage beruntung diterima bekerja di sana setelah belajar mati-matian selama musim panas. Gurunya tidak hanya mengajar di kelas namun juga sering muncul di majalh dan TV. Dan Mikage pun memutuskan untuk pindah dari apartemen keluarga Tanabe.

Eriko meninggal dunia di  penghujung musim gugur. Dia dibunuh oleh seorang laki-laki gila yang mengejar-ngejar dirinya. Dia tertarik lalu mengutit Eriko hingga tiba di tempat ia bekerja. Ketika tau bahwa perempuan cantik yang diikutinya ialah seorang laki-laki, dia pun syok. Suatu malam tiba-tiba dia menusuk Eriko dengan pisau.  Mikage baru mengetahui kejadian tsb satu bulan kemudian setelah Yuichi menghubunginya.

Bagiku, kematian Eriko masih berada jauh dari jangkauan. Kematiannya seperti badai syok di kejauhan yang perlahan-lahan mendekat. Sungguh kenyataan yang muram. Yuichi pun tak berdaya.

Eriko sudah tiada. Bagaimanapun indahnya dan panjangnya kehidupan kami, kami tak akan pernah lagi berjumpa dengan Eriko.


 

Kaas



Judul buku : Kaas
Penulis : Willem Elsschot
Tahun buku : 1969
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2010


Frans Laarmans tinggal bersama Istri ; Fine dan kedua anak mereka, Jan dan Ida di Artwerpen. Ia bekerja sebagai kerani di General Marine and Shipbuilding Company dan telah bekerja di sana selama tiga puluh tahun.

Ibunya, Ny. Laarmans telah tua, sangat tua, dan tinggal bersama kakak tertuanya. Kehidupan Frans berubah karena perkenalannya dengan Mijnheer Van Schoonbeke. Ia menghadiri upacara pemakaman Ny. Laarmans.  Dia datang ke gereja dan makam. Mijnheer Van Schoonbeke, teman sekaligus pasien abangnya. Pria santun dan berkelas.

Mijnheer Van Schoonbeke berasal dari keluarga kaya. Uangnya berlimpah dan semua temannya kaum berada. Kebanyakan dari mereka hakim, pengacara, saudagar, atau mantan saudagar. Karena lingkungan pergaulannya, Mijnheer Van Schoonbeke sebetulnya tidak boleh berteman dengan orang tak berada atau tidak berpangkat. Jika mereka mendapatinya bersama orang yang tak dikenal, ia akan memperkenalkan orang baru itu sedemikian rupa sehingga mereka akan menghargai orang tersebut setidaknya seratus persen lebih tinggi daripada keadaan sesungguhnya.

Sebagai seorang kerani di General Marine and Shipbuilding Company, agak sulit. Kerani tidak punya keistimewaan. Kerani biasa-biasa saja. kalau abangnya, lain lagi. Dokter bagai orang kudus dan setara dengan pendeta. Pekerjaan dokter saja sudah cukup menjadikannya orang terpandang. Mijnheer Van Schoonbeke memperkenalkan Frans sebagai “Mijnheer Laarmans dari perusahaan Perkapalan.” Frans  pun tertawa. Suatu ketika tetiba Mijnheer Van Schoonbeke bertanya apakah ia tertarik mejadi perwakilan bagi suatu perusahaan besar Belanda di Belgia.

Perkataan Van Schoonbeke memang di luar dugaan, sebab tak seorang pun boleh menilai sesuatu pekerjaan cocok atau tidak kecuali yang telah menjalani pekerjaan itu sendiri. Meski demikian, tanpa syarat apa pun Van  Schoonbeke berniat mengubah kerani sederhana di General Marine and Shipbuilding Company menjadi pedagang. Maka Frans pun bertanya usaha macam apa yang dijalankan teman Belanda-nya itu. “Keju,” jawab nya. “Produk itu selalu laku sebab orang harus makan bukan?”

Usia Frans saat itu hampir lima puluh. Kerani jabatan rendah, jauh lebih rendah dibandingkan buruh.
Kerani umumnya hampir tak memiliki keahlian khusus dan begitu saling melengkapi sehingga kerani berpengalaman bisa ditendang begitu saja sesudah setia mengabdi lima puluh tahun dan digantikan tenaga lain yang sama bagusnya dan lebih murah.

Dengan menerima tawaran tsb, Frans bermimpi untuk dapat memperbaiki kehidupan Fine dan kedua anak mereka. Ia pun meminta nama dan alamat, sekaligus surat rujukan pada Mijnheer Van Schoonbeke dan mememulai perjalanannya menemui Honstra di Amsterdam. Berbekal surat rujukan dari Van Schoonbeke, Honstra mengangkatnya sebagai perwakilan umum untuk Belgia dan wilayah Luxemberg. Namun ada pertanyaan rumit yang dengan pengalamannya bertahun-tahun di General Marine and Shipbuilding Company tak membantunya menemukan jawaban. Honstra  bertanya berapa ton kemampuan omzetnya, berapa banyak keju Belanda dihabiskan di Belgia per tahun dan berapa persen dari jumlah total itu yang dapat direbutnya? Sebagai permulaan Honstra akan mengirimkan dua puluh ton keju Edam dalam kemasan baru di minggu depan kemudian dia pun menyodorkan surat kontrak untuk ditanda tangani.

Dengan membayangkan akan mendapatkan penghasilan tiga ratus ribu gulden setiap bulan ditambah komisi penjualan dan tiket perjalanan yang diganti penuh, membuat Frans tak sabar ingin cepat menyampaikan kabar baik itu kepada Fine. Penghasilan di General Marine sebulan hanya lah Seratus lima puluh gulden.  Dalam perjalanan pulang ke Antwerpen, ketika kereta berhenti di Rotterdam, digunakannya kesempatan itu untuk berhenti di depan toko keju dan mengagumi etalasenya. Di bawah sinar benderang dari sejumlah bola lampu, terhampar keju; besar dan kecil, bermacam bentuk dan asalnya, berjejer dan bertumpuk. Dari berbagai negeri tetangga, keju-keju itu berkumpul di sini. Keju Gruyeres, keju Chester, Gouda, Edam, serta berbagai keju yang sama sekali asing baginya, beberapa yang terbesar dibiarkan terbuka atau dibelah hingga kelihatan bagian tengahnya. Keju Roqueforts dan Gorgonzola dengan bebas memamerkan jamur hijaunya, dan sepasukan Camemberts membiarkan cairan keluar dari tubuh mereka.

Sesampainya di Artwerpen ia bergegas ke rumah Van Schoonbeke, yang mengucapkan selamat atas keberhasilannya dan kembali memperkenalkan Frans kepada teman-temannya seolah mereka baru bertemu dengannya. “Mijnheer Laarmans, pedagang besar bahan makanan.” Kemudian ia menuangkan anggur. Mengapa ia mengatakan “bahan makanan”, bukannya keju? Secara keseluruhan, kecuali baunya, keju adalah produk terhormat, bukan? Keju telah dibuat selama berabad-abad, dan salah satu sumber kekayaan orang Belanda. Keju makanan semua orang; tua-mua, besar-kecil. Sesuatu yang dimakan manusia, akan dengan sendirinya, memperoleh derajat tertentu.

Di antara para teman yang teratur makan malam di rumah Van Schoonbeke terdapat berbagai pengusaha, setidaknya ada dua pengusaha gandum, sebab mereka pernah membicarakannya. Mengapa keju harus kalah dari gandum? Frans merasa harus segera mengubah pendapat itu. Siapa yang penghasilannya paling besar, dialah pemimpinnya, masa depan terbuka luas dan telah ia pun telah memutuskan untuk mengabdikan diri pada keju.
Fine membaca surat kontrak Hostra dengan teliti, ia ragu dengan keputusan Frans yang berniat meninggalkan General Marine. Fine berkata “Tentu saja tidak ada alasan keju tak laku,” dia mencoba menghibur, “Kau harus bekerja keras. Meski demikian, jika jadi kau, aku akan tetap hati-hati. Di galangan kau dapat tenang, bekerja dengan gaji tetap.” Bagi Frans itu kebenaran yang nyata. Melalui rapat pertimbangan, usaha tetap dilaksanakan tanpa berhenti kerja dari galangan. Abangku yang orang dokter itu kemudian menuliskan surat keterangan: penyakit syaraf untuk diserahkan pada atasannya Mijnheer Henri.

General Antwerpen Feeding Products Association (Gafpa) adalah nama perusahaan keju Laarmans. Banyak hal yang perlu dilakukan untuk mempersiapkan kantor pengusaha. Di kantor harus ada kertas surat, meja kerja, mesin tik, alamat telegram, map surat, dan seribu satu hal lain, sehingga Frans pun sangat sibuk membereskannya. Semua harus cepat diurus, mengingat dua puluh ton keju Edam akan segera datang dan semuanya harus siap.

Keju itu tiba. Frans belum tahu bagaimana cara memperlakukan keju Edam. Perusahaan EMKL Blauwhoed yang mengantarkan keju menanyakan ke mana mereka harus mengirimkan keju itu. Biasanya keju akan dikirim ke alamat-alamat pembeli.  ” Kukatakan bahwa dua puluh ton ini belum terjual, “ jawab Frans. Kalau begitu, mereka menyarankan untuk menimbunnya ke Kelder Paten-gudang paling bagus.

Kiriman percobaan dari Honstra berisi 10.000 bola keju, masing-masing dua kilo, dikemas dalam 370 peti paten. “Biasanya keju Edam dikirim lepas,” kata orang itu, “namun ini keju tua berkualitas sehingga kemasan macam ini memang pantas.” Kemasan seperti itu memudahkan pengiriman dan keju ini akan dijual dalam satuan dua puluh tujuh, sebab tiap peti berisi dua puluh tujuh.

Menjual keju dua puluh ton dalam waktu dua minggu tidak mudah. Maka Frans lalu memasang iklan: “Importir besar keju Edam mencari agen andal di semua kota Belgia dan wilayah Luxemberg, lebih disukai yang mempunyai pelanggan toko keju. Tulis surat ke Gafpa, Jl. Verdussen 170, Antwerpen, disertai rujukan dan riwayat pekerjaan sebelumnya.” Hasilnya 164 surat masuk dengan berbagai ukuran dan warna.

Empat belas hari sudah berlalu sejak Frans mengangkat tiga puluh agen, terbagi rata untuk seluruh negeri, tanpa gaji tapi dengan  komisi lumayan. Namun tetap tak ada pesanan masuk.

Ketika Honstra menyatakan hendak singgah ke Belgia sebelum meneruskan perjalanannya ke Paris. Frans panik. Keju terjual baru satu peti ditambah 16 bola keju yang diberikan percuma untuk dicicipi. Namun satu hal sudah pasti. Jika saat Honstra datang keju Edam tak terjual semua, maka hancurlah Gafpa. Dengan semangat pertarungan hidup atau mati, Frans mengambil koper rotan dan mengisinya dengan satu bola keju. Ia berusaha menawarkan jasa agen keju dengan toko-toko keju. Dia pun berkeliling Belgia. Ada satu toko keju yang selalu ramai, maka ia pun menghampiri toko keju tsb untuk memberikan penawaran sebagai agen keju Edam tunggal dari Amsterdam. Lalu ia pun bertemu dengan Mijnheer Platen pemilik salah satu toko keju tsb. Kenyataan, Mijnheer Platen pernah bekerja dengan Honstra. “Saya sendiri pedagang keju. Saya kenal baik Honstra. Bertahun-tahun saya jadi agennya untuk Belgia dan wilayah Luxemberg, namun menurut saya harganya mahal. Jadi, jangan buang waktu anda, Mijnheer,” kata Mijnheer Platen. Frans pun pulang dengan letih dan habis daya.

Ia merasa apa perlunya menemui Honstra, uang penjualan keju satu peti dapat dikirimkan dan peti keju lain yang tidak terjual tersimpan rapi di kelder. Menara kejunya telah hancur.

Hari ini Frans kembali ke General Marine. Dia duduk di meja kerjanya yang lama dan mulai bekerja. Para sejawatnya hanya memberi Frans surat-surat pesanan yang mudah untuk diketik sedang berkas dengan kolom-kolom panjang penuh istilah teknis yang melelahkan mereka ketik sendiri. Aneh, selama bertahun-tahun Frans tak pernah menyadari bahwa kantor ini dapat begitu menyenangkan. Di tengah keju dia tercekik, sementara di sini, di sela waktu mengetik surat yang satu dengan yang lain, ia dapat mendengar sejenak suara batinnya.

Malam itu juga ia menulis surat kepada Honstra mengabarkan bahwa karena alasan kesehatan dia terpaksa batal menjadi perwakilan agen keju Edam Amsterdam di Belgia dan wilayah Luxemberg serta menambahkan catatan bahwa keju yang belum terjual tersimpan di kelder bagus milik EMKL Blauwhoed dan uang pembayaran keju yang terjual dikirimkan lewat wesel. Dengan surat itu ia telah menutup jalannya sendiri, sebab Frans tak pernah tahu apakah akan mengalami lagi gairah keju.  Tak ada lagi perbincangan tentang keju di rumah. Semuanya kembali seperti sebelumnya, anak-anak yang patuh, anak-anak yang terpuji. Istri yang baik, istri yang penyayang.