Rabu, 27 Mei 2015

The New York Times: Menulis Berita Tanpa Takut atau Memihak



Judul buku : The New York Times: Menulis Berita Tanpa Takut atau Memihak
Penulis : Ignatius Haryanto
Tahun buku : 2006
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit :Yayasan Obor Indonesia
Tebal buku: XXVI + 120 hlm.

New York Times (NYT) dalam usianya yang kini telah lebih dari 100 tahun, di kala industri pers di dunia makin menjadi komersil, dan makin menonjolkan sisi hiburan dibanding sisi informasinya tetap semangat untuk menjalankan praktik jurnalistik yang terbaik, dan juga menyampaikan berita tanpa pandang bulu, tanpa takut atau memihak.  
NYT sendiri telah terbit sejak tahun 1851 dan namun baru pada tahun 1896, Adolph Ochs membelinya dari R. Miller. Dari awal Ochs menghindari korannya untuk menjadi organ partai politik atau kelompok bisnis. Ochs sukses mengelola NYT dengan banyak menyajikan berita-berita ekonomi, hukum, dunia pemerintahan serta ulasan buku serius. Dari kumpulan berita-berita tersebutlah koran ini kemudian disukai pembacanya. 
Banyak hal yang bisa dipelajari dan dapat dijadikan panutan dari koran The New York Times ini. Selain sebagai koran peraih penghargaan jurnalistik Pulitzer terbanyak dibanding koran lain di Amerika antara tahun 1918-2004 melalui liputan politik dalam negeri, liputan internasional, pemberitaan soal sains, laporan investigasi, dan editorial serta mempunyai pengaruh yang luas baik terhadap para pembacanya maupun petinggi di Amerika. 
Pencapaian Times sebagai grup perusahaan sampai saat ini memliliki 27 surat kabar, 9 buah mingguan, 5 stasiun tv lokal, dan 2 stasiun radio. Memang dibandingkan dengan perusahaan media lainnya Times tidak sangat agresif dalam hal ekspansi memperluas kerajaan medianya.
Pada kepemimpinan NYT generasi keempat, Arthur Jr. ini dihadapkan pada tantangan apakah koran ini dapat meneruskan dan mengembangkan semangat Adolph Ochs, sementara industri pers yang dihadapi oleh saat ini sudah berbeda sekali dengan zaman Ochs. Pada zaman Ochs sarana untuk menyampaikan berita bisa menggunakan kawat telegraf, telepon, dan pos, sementara pada industri pers saat ini menghadapai tantangan serius dari media lain bernama internet. 
Beberapa peristiwa penting yang pernah dihadapi oleh NYT:
Kasus Jason Blair
Pada April 2003, NYT pernah diguncang oleh kasus Blair yang merupakan kasus malapratik jurnalistik. Lalu bagaimana NYT menyikapi kasus ini? selain permintaan maaf secara terbuka, NYT pun melakukan restrukturisasi internal organisasi, membentuk kelembagaan public editor serta memperbaiki kode etik yang mereka miliki agar kejadian ini tidak terjadi lagi di masa depan.
Reputasi untuk menjadikan NYT sebagai koran yang dipercaya oleh publik Amerika, bukanlah terjadi dalam semalam. Butuh waktu lebih dari seratus tahun untuk mendirikan kepercayaan publik dan juga membangun prestasi yang membuatnya jadi referensi utama pembuatan kebijakan berbagai hal krusial di dunia.
Perseteruan dua kantor utama: New York dan Washington
Di Times ada dua kota utama dalam koordinasi pemberitaan, New York dan Washington. Para reporter dan redaktur dari kedua biro ini saling menonjolkan diri dan bersaing satu sama lain, walaupun keputusan utama tetap diambil oleh biro New York. Menurut Gay Talese dalam bukunya The Kingdom and The Power, ada suatu kekakuan tersendiri di kalangan dinasti Ochs-Sulzberger dalam mengelola berita, dan membuat jajaran mobilitas vertikal para editor berbakat tersendat karena bagaimana pun juga mereka yang ada di puncak kekuasaan redaksi haruslah orang yang direstui oleh klan keluarga ini. kebijakan surat kabar ini adalah kebijakan keluarga tersebut dalam bidang jurnalistik, dan ada semacam mekanisme tersendiri yang dilakukan oleh klain ini untuk menyingkirkan orang-orang yang dianggap tak bisa mereka terima untuk naik ke posisi yang lebih tinggi. 
Perang dunia I
Pada liputan perang dunia I, ketika perang baru mulai dan Amerika belum terlibat dalam perang tersebut, pemberitaan dan foto-foto banyak diambil dari sisi Jerman, sementara sebaliknya, dalam editorial NYT, redaksi menghujat pemerintah Jerman dan Austria yang dianggapnya telah menyebabkan terjadinya perang. Posisi yang seperti ini membuat banyak pihak marah, baik dari pihak Amerika maupun di Jerman. Keseluruh awak NYT sadar dengan apa yang telah mereka lakukan, dan mereka siap dengan risiko atas sikap yang diambilnya. Atas sikap yang tegas tadi, pembaca times menunjukkan penghargaannya.
Perang dunia II
Pada liputan perang dunia II, Times mengerahkan seluruh wartawannya untuk mengali informasi dari berbagai sisi, dan dari berbagai lokasi sehingga seakan Times tak kehilangan setiap sudut berharga dalam sejarah yang sedang terjadi saat itu. Times lebih mengutamakan kualitas liputan daripada meningkatkan pendapatan iklan tanpa mengurangi mutu korannya. 
Krisis Kuba 1961
Untuk pertama kalinya para editor NYT berbeda pandangan menyangkut pemberitaan penyerbuan Amerika ke Kuba pada tahun 1961. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Presiden Kennedy. Kebijakan yang diperdebatkan adalah untuk memperkecil ruang pemberitaan terhadap liputan penyerbuan ke Kuba (Teluk Babi), karena di dalam penyerbuan itu ada keterlibatan CIA. Kubu pendukung kebijakan (Dryfoss dan Reston) berpikir jika Times menerbitkan laporan rencana penyerbuan itu maka akan membahayakan pertahanan, dan keamanan nasional Amerika. Sementara kubu penentang kebijakan (Daniel etc), menolak sikap swasendor dari Times tersebut, dan bahkan telah merencanakan agar liputan itu menempati halaman pertama. Kemudian para editor kubu penentang ini meminta agar Dryfoss sendiri yang mengucapkan secara terbuka pelarangan tulisan tersebut, serta menyebutkan alasannya. Dryfoss akhirnya berbicara terbuka tentang perhatiannya terhadap masalah pertahanan, dan keamanan Amerika dan juga untuk kehidupan banyak orang Kuba. Tapi setelah penyerangan gagal, presiden Kennendy menyebutkan bahwa Times terlalu protektif untuk kepentingan Amerika dan seharusnya Times mencetak seluruh berita yang mereka ketahui sebelum penyerangan dimulai untuk menggagalkan operasi itu dan juga untuk menghindari banjir darah yang terjadi kemudian. 
Vietnam dan Pentagon Papers
Halberstam adalah koresponden Times yang ditugaskan melaporkan peristiwa di Vietnam Selatan secara fulltime sejak tahun 1962-1964. Dalam salah laporannya, Halberstam mengatakan bahwa kenyataannya Amerika tak pernah menang di Vietnam. Atas laporan tersebut presiden Kennendy merasa terganggu, dan ia mengatakan kepada Arthur Ochs “Punch” Sulzberger, bahwa Halberstam telah kehilangan objektivitasnya dalam menulis berita. Bahwa ia “terlalu dekat dan terikat oleh objek beritanya” dan menyarankan agar Halberstam dipindahkan ke tempat lain saja. Buat Punch di sini masalahnya bukanlah soal apakah kebijakan Amerika di Vietnam Selatan itu benar atau salah, ataupun masalah apakah Halberstam objektif atau tidak, tapi persoalan utamanya apakah seorang presiden Amerika punya hak untuk mengatakan pada korannya apa yang harus mereka lakukan terhadap reporternya.  
Pentagon papers merupakan dokumen sejarah tentang keterlibatan Amerika di Vietnam. Times menurunkan serial laporan pentagon papers dengan pertimbangan bahwa agar dokumen tertutup ini bisa diketahui oleh publik, bahwa pada saat Amerika berusaha untuk menjadikan Vietnam merdeka dari pengaruh komunis, Amerika pun mendukung usaha Perancis untuk kembali menguasai Vietnam, dengan cara melakukan perang, lalu menyabotase Perjanjian Genewa yang diprakarsai oleh Perancis, dan menciptakan kelompok lain di Vietnam Selatan untuk melawan pengarus komunis. Pada saat yang sama pula pemerintah Amerika berbohong kepada konggres atas apa yang mereka lalukan di Vietnam. 
Atas serial laporan tersebut, pemerintah Amerika meminta Times untuk menghentikan laporannya melalui pihak kejaksaan, dan menyebutkan bahwa meneruskan laporan tersebut akan menyebabkan kerugian yang tak dapat diperbaiki bagi kepentingan keamanan Amerika. Namun pihak Times tidak bergeming dengan permintaan tersebut. Pemerintah Amerika pun mengugat Times. Pada putusan di tingkat Mahkamah Agung, NYT dapat meneruskan publikasi serial pentagon papers. Karena dalam amandemen pertama Amerika, ada pengakuan yang sangat tegas atas kebebasan berbicara dan kebebasan pers. 
Fakta di atas mengungkapkan bahwa NYT selalu berusaha menyajikan informasi-informasi yang merupakan hak publik. Mereka memperlakukan pembaca, pengusaha, pengiklan, pengusaha secara setara dalam kebutuhannya terhadap informasi. NYT pun pernah menghadapi tekanan politik dari pemerintahan yang berkuasa namun mereka tetap bisa memegang teguh semangat pendiri NYT “menyampaikan berita tanpa pandang bulu, tanpa takut atau memihak”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar