Rabu, 27 Mei 2015

Kaas



Judul buku : Kaas
Penulis : Willem Elsschot
Tahun buku : 1969
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2010


Frans Laarmans tinggal bersama Istri ; Fine dan kedua anak mereka, Jan dan Ida di Artwerpen. Ia bekerja sebagai kerani di General Marine and Shipbuilding Company dan telah bekerja di sana selama tiga puluh tahun.

Ibunya, Ny. Laarmans telah tua, sangat tua, dan tinggal bersama kakak tertuanya. Kehidupan Frans berubah karena perkenalannya dengan Mijnheer Van Schoonbeke. Ia menghadiri upacara pemakaman Ny. Laarmans.  Dia datang ke gereja dan makam. Mijnheer Van Schoonbeke, teman sekaligus pasien abangnya. Pria santun dan berkelas.

Mijnheer Van Schoonbeke berasal dari keluarga kaya. Uangnya berlimpah dan semua temannya kaum berada. Kebanyakan dari mereka hakim, pengacara, saudagar, atau mantan saudagar. Karena lingkungan pergaulannya, Mijnheer Van Schoonbeke sebetulnya tidak boleh berteman dengan orang tak berada atau tidak berpangkat. Jika mereka mendapatinya bersama orang yang tak dikenal, ia akan memperkenalkan orang baru itu sedemikian rupa sehingga mereka akan menghargai orang tersebut setidaknya seratus persen lebih tinggi daripada keadaan sesungguhnya.

Sebagai seorang kerani di General Marine and Shipbuilding Company, agak sulit. Kerani tidak punya keistimewaan. Kerani biasa-biasa saja. kalau abangnya, lain lagi. Dokter bagai orang kudus dan setara dengan pendeta. Pekerjaan dokter saja sudah cukup menjadikannya orang terpandang. Mijnheer Van Schoonbeke memperkenalkan Frans sebagai “Mijnheer Laarmans dari perusahaan Perkapalan.” Frans  pun tertawa. Suatu ketika tetiba Mijnheer Van Schoonbeke bertanya apakah ia tertarik mejadi perwakilan bagi suatu perusahaan besar Belanda di Belgia.

Perkataan Van Schoonbeke memang di luar dugaan, sebab tak seorang pun boleh menilai sesuatu pekerjaan cocok atau tidak kecuali yang telah menjalani pekerjaan itu sendiri. Meski demikian, tanpa syarat apa pun Van  Schoonbeke berniat mengubah kerani sederhana di General Marine and Shipbuilding Company menjadi pedagang. Maka Frans pun bertanya usaha macam apa yang dijalankan teman Belanda-nya itu. “Keju,” jawab nya. “Produk itu selalu laku sebab orang harus makan bukan?”

Usia Frans saat itu hampir lima puluh. Kerani jabatan rendah, jauh lebih rendah dibandingkan buruh.
Kerani umumnya hampir tak memiliki keahlian khusus dan begitu saling melengkapi sehingga kerani berpengalaman bisa ditendang begitu saja sesudah setia mengabdi lima puluh tahun dan digantikan tenaga lain yang sama bagusnya dan lebih murah.

Dengan menerima tawaran tsb, Frans bermimpi untuk dapat memperbaiki kehidupan Fine dan kedua anak mereka. Ia pun meminta nama dan alamat, sekaligus surat rujukan pada Mijnheer Van Schoonbeke dan mememulai perjalanannya menemui Honstra di Amsterdam. Berbekal surat rujukan dari Van Schoonbeke, Honstra mengangkatnya sebagai perwakilan umum untuk Belgia dan wilayah Luxemberg. Namun ada pertanyaan rumit yang dengan pengalamannya bertahun-tahun di General Marine and Shipbuilding Company tak membantunya menemukan jawaban. Honstra  bertanya berapa ton kemampuan omzetnya, berapa banyak keju Belanda dihabiskan di Belgia per tahun dan berapa persen dari jumlah total itu yang dapat direbutnya? Sebagai permulaan Honstra akan mengirimkan dua puluh ton keju Edam dalam kemasan baru di minggu depan kemudian dia pun menyodorkan surat kontrak untuk ditanda tangani.

Dengan membayangkan akan mendapatkan penghasilan tiga ratus ribu gulden setiap bulan ditambah komisi penjualan dan tiket perjalanan yang diganti penuh, membuat Frans tak sabar ingin cepat menyampaikan kabar baik itu kepada Fine. Penghasilan di General Marine sebulan hanya lah Seratus lima puluh gulden.  Dalam perjalanan pulang ke Antwerpen, ketika kereta berhenti di Rotterdam, digunakannya kesempatan itu untuk berhenti di depan toko keju dan mengagumi etalasenya. Di bawah sinar benderang dari sejumlah bola lampu, terhampar keju; besar dan kecil, bermacam bentuk dan asalnya, berjejer dan bertumpuk. Dari berbagai negeri tetangga, keju-keju itu berkumpul di sini. Keju Gruyeres, keju Chester, Gouda, Edam, serta berbagai keju yang sama sekali asing baginya, beberapa yang terbesar dibiarkan terbuka atau dibelah hingga kelihatan bagian tengahnya. Keju Roqueforts dan Gorgonzola dengan bebas memamerkan jamur hijaunya, dan sepasukan Camemberts membiarkan cairan keluar dari tubuh mereka.

Sesampainya di Artwerpen ia bergegas ke rumah Van Schoonbeke, yang mengucapkan selamat atas keberhasilannya dan kembali memperkenalkan Frans kepada teman-temannya seolah mereka baru bertemu dengannya. “Mijnheer Laarmans, pedagang besar bahan makanan.” Kemudian ia menuangkan anggur. Mengapa ia mengatakan “bahan makanan”, bukannya keju? Secara keseluruhan, kecuali baunya, keju adalah produk terhormat, bukan? Keju telah dibuat selama berabad-abad, dan salah satu sumber kekayaan orang Belanda. Keju makanan semua orang; tua-mua, besar-kecil. Sesuatu yang dimakan manusia, akan dengan sendirinya, memperoleh derajat tertentu.

Di antara para teman yang teratur makan malam di rumah Van Schoonbeke terdapat berbagai pengusaha, setidaknya ada dua pengusaha gandum, sebab mereka pernah membicarakannya. Mengapa keju harus kalah dari gandum? Frans merasa harus segera mengubah pendapat itu. Siapa yang penghasilannya paling besar, dialah pemimpinnya, masa depan terbuka luas dan telah ia pun telah memutuskan untuk mengabdikan diri pada keju.
Fine membaca surat kontrak Hostra dengan teliti, ia ragu dengan keputusan Frans yang berniat meninggalkan General Marine. Fine berkata “Tentu saja tidak ada alasan keju tak laku,” dia mencoba menghibur, “Kau harus bekerja keras. Meski demikian, jika jadi kau, aku akan tetap hati-hati. Di galangan kau dapat tenang, bekerja dengan gaji tetap.” Bagi Frans itu kebenaran yang nyata. Melalui rapat pertimbangan, usaha tetap dilaksanakan tanpa berhenti kerja dari galangan. Abangku yang orang dokter itu kemudian menuliskan surat keterangan: penyakit syaraf untuk diserahkan pada atasannya Mijnheer Henri.

General Antwerpen Feeding Products Association (Gafpa) adalah nama perusahaan keju Laarmans. Banyak hal yang perlu dilakukan untuk mempersiapkan kantor pengusaha. Di kantor harus ada kertas surat, meja kerja, mesin tik, alamat telegram, map surat, dan seribu satu hal lain, sehingga Frans pun sangat sibuk membereskannya. Semua harus cepat diurus, mengingat dua puluh ton keju Edam akan segera datang dan semuanya harus siap.

Keju itu tiba. Frans belum tahu bagaimana cara memperlakukan keju Edam. Perusahaan EMKL Blauwhoed yang mengantarkan keju menanyakan ke mana mereka harus mengirimkan keju itu. Biasanya keju akan dikirim ke alamat-alamat pembeli.  ” Kukatakan bahwa dua puluh ton ini belum terjual, “ jawab Frans. Kalau begitu, mereka menyarankan untuk menimbunnya ke Kelder Paten-gudang paling bagus.

Kiriman percobaan dari Honstra berisi 10.000 bola keju, masing-masing dua kilo, dikemas dalam 370 peti paten. “Biasanya keju Edam dikirim lepas,” kata orang itu, “namun ini keju tua berkualitas sehingga kemasan macam ini memang pantas.” Kemasan seperti itu memudahkan pengiriman dan keju ini akan dijual dalam satuan dua puluh tujuh, sebab tiap peti berisi dua puluh tujuh.

Menjual keju dua puluh ton dalam waktu dua minggu tidak mudah. Maka Frans lalu memasang iklan: “Importir besar keju Edam mencari agen andal di semua kota Belgia dan wilayah Luxemberg, lebih disukai yang mempunyai pelanggan toko keju. Tulis surat ke Gafpa, Jl. Verdussen 170, Antwerpen, disertai rujukan dan riwayat pekerjaan sebelumnya.” Hasilnya 164 surat masuk dengan berbagai ukuran dan warna.

Empat belas hari sudah berlalu sejak Frans mengangkat tiga puluh agen, terbagi rata untuk seluruh negeri, tanpa gaji tapi dengan  komisi lumayan. Namun tetap tak ada pesanan masuk.

Ketika Honstra menyatakan hendak singgah ke Belgia sebelum meneruskan perjalanannya ke Paris. Frans panik. Keju terjual baru satu peti ditambah 16 bola keju yang diberikan percuma untuk dicicipi. Namun satu hal sudah pasti. Jika saat Honstra datang keju Edam tak terjual semua, maka hancurlah Gafpa. Dengan semangat pertarungan hidup atau mati, Frans mengambil koper rotan dan mengisinya dengan satu bola keju. Ia berusaha menawarkan jasa agen keju dengan toko-toko keju. Dia pun berkeliling Belgia. Ada satu toko keju yang selalu ramai, maka ia pun menghampiri toko keju tsb untuk memberikan penawaran sebagai agen keju Edam tunggal dari Amsterdam. Lalu ia pun bertemu dengan Mijnheer Platen pemilik salah satu toko keju tsb. Kenyataan, Mijnheer Platen pernah bekerja dengan Honstra. “Saya sendiri pedagang keju. Saya kenal baik Honstra. Bertahun-tahun saya jadi agennya untuk Belgia dan wilayah Luxemberg, namun menurut saya harganya mahal. Jadi, jangan buang waktu anda, Mijnheer,” kata Mijnheer Platen. Frans pun pulang dengan letih dan habis daya.

Ia merasa apa perlunya menemui Honstra, uang penjualan keju satu peti dapat dikirimkan dan peti keju lain yang tidak terjual tersimpan rapi di kelder. Menara kejunya telah hancur.

Hari ini Frans kembali ke General Marine. Dia duduk di meja kerjanya yang lama dan mulai bekerja. Para sejawatnya hanya memberi Frans surat-surat pesanan yang mudah untuk diketik sedang berkas dengan kolom-kolom panjang penuh istilah teknis yang melelahkan mereka ketik sendiri. Aneh, selama bertahun-tahun Frans tak pernah menyadari bahwa kantor ini dapat begitu menyenangkan. Di tengah keju dia tercekik, sementara di sini, di sela waktu mengetik surat yang satu dengan yang lain, ia dapat mendengar sejenak suara batinnya.

Malam itu juga ia menulis surat kepada Honstra mengabarkan bahwa karena alasan kesehatan dia terpaksa batal menjadi perwakilan agen keju Edam Amsterdam di Belgia dan wilayah Luxemberg serta menambahkan catatan bahwa keju yang belum terjual tersimpan di kelder bagus milik EMKL Blauwhoed dan uang pembayaran keju yang terjual dikirimkan lewat wesel. Dengan surat itu ia telah menutup jalannya sendiri, sebab Frans tak pernah tahu apakah akan mengalami lagi gairah keju.  Tak ada lagi perbincangan tentang keju di rumah. Semuanya kembali seperti sebelumnya, anak-anak yang patuh, anak-anak yang terpuji. Istri yang baik, istri yang penyayang.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar