Judul buku :
Kaas
Penulis : Willem
Elsschot
Tahun buku :
1969
Diterbitkan
pertama kali oleh
Penerbit : PT.
Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2010
Frans Laarmans
tinggal bersama Istri ; Fine dan kedua anak mereka, Jan dan Ida di Artwerpen.
Ia bekerja sebagai kerani di General Marine and Shipbuilding Company dan telah
bekerja di sana selama tiga puluh tahun.
Ibunya, Ny.
Laarmans telah tua, sangat tua, dan tinggal bersama kakak tertuanya. Kehidupan
Frans berubah karena perkenalannya dengan Mijnheer Van Schoonbeke. Ia
menghadiri upacara pemakaman Ny. Laarmans.
Dia datang ke gereja dan makam. Mijnheer Van Schoonbeke, teman sekaligus
pasien abangnya. Pria santun dan berkelas.
Mijnheer Van
Schoonbeke berasal dari keluarga kaya. Uangnya berlimpah dan semua temannya
kaum berada. Kebanyakan dari mereka hakim, pengacara, saudagar, atau mantan
saudagar. Karena lingkungan pergaulannya, Mijnheer Van Schoonbeke sebetulnya
tidak boleh berteman dengan orang tak berada atau tidak berpangkat. Jika mereka
mendapatinya bersama orang yang tak dikenal, ia akan memperkenalkan orang baru
itu sedemikian rupa sehingga mereka akan menghargai orang tersebut setidaknya
seratus persen lebih tinggi daripada keadaan sesungguhnya.
Sebagai seorang
kerani di General Marine and Shipbuilding Company, agak sulit. Kerani tidak
punya keistimewaan. Kerani biasa-biasa saja. kalau abangnya, lain lagi. Dokter
bagai orang kudus dan setara dengan pendeta. Pekerjaan dokter saja sudah cukup
menjadikannya orang terpandang. Mijnheer Van Schoonbeke memperkenalkan Frans
sebagai “Mijnheer Laarmans dari perusahaan Perkapalan.” Frans pun tertawa. Suatu ketika tetiba Mijnheer Van
Schoonbeke bertanya apakah ia tertarik mejadi perwakilan bagi suatu perusahaan
besar Belanda di Belgia.
Perkataan Van
Schoonbeke memang di luar dugaan, sebab tak seorang pun boleh menilai sesuatu
pekerjaan cocok atau tidak kecuali yang telah menjalani pekerjaan itu sendiri.
Meski demikian, tanpa syarat apa pun Van
Schoonbeke berniat mengubah kerani sederhana di General Marine and
Shipbuilding Company menjadi pedagang. Maka Frans pun bertanya usaha macam apa
yang dijalankan teman Belanda-nya itu. “Keju,” jawab nya. “Produk itu selalu
laku sebab orang harus makan bukan?”
Usia Frans saat
itu hampir lima puluh. Kerani jabatan rendah, jauh lebih rendah dibandingkan
buruh.
Kerani umumnya
hampir tak memiliki keahlian khusus dan begitu saling melengkapi sehingga
kerani berpengalaman bisa ditendang begitu saja sesudah setia mengabdi lima
puluh tahun dan digantikan tenaga lain yang sama bagusnya dan lebih murah.
Dengan menerima
tawaran tsb, Frans bermimpi untuk dapat memperbaiki kehidupan Fine dan kedua
anak mereka. Ia pun meminta nama dan alamat, sekaligus surat rujukan pada
Mijnheer Van Schoonbeke dan mememulai perjalanannya menemui Honstra di
Amsterdam. Berbekal surat rujukan dari Van Schoonbeke, Honstra mengangkatnya
sebagai perwakilan umum untuk Belgia dan wilayah Luxemberg. Namun ada
pertanyaan rumit yang dengan pengalamannya bertahun-tahun di General Marine and
Shipbuilding Company tak membantunya menemukan jawaban. Honstra bertanya berapa ton kemampuan omzetnya,
berapa banyak keju Belanda dihabiskan di Belgia per tahun dan berapa persen
dari jumlah total itu yang dapat direbutnya? Sebagai permulaan Honstra akan
mengirimkan dua puluh ton keju Edam dalam kemasan baru di minggu depan kemudian
dia pun menyodorkan surat kontrak untuk ditanda tangani.
Dengan
membayangkan akan mendapatkan penghasilan tiga ratus ribu gulden setiap bulan
ditambah komisi penjualan dan tiket perjalanan yang diganti penuh, membuat
Frans tak sabar ingin cepat menyampaikan kabar baik itu kepada Fine.
Penghasilan di General Marine sebulan hanya lah Seratus lima puluh gulden. Dalam perjalanan pulang ke Antwerpen, ketika
kereta berhenti di Rotterdam, digunakannya kesempatan itu untuk berhenti di
depan toko keju dan mengagumi etalasenya. Di bawah sinar benderang dari sejumlah
bola lampu, terhampar keju; besar dan kecil, bermacam bentuk dan asalnya,
berjejer dan bertumpuk. Dari berbagai negeri tetangga, keju-keju itu berkumpul
di sini. Keju Gruyeres, keju Chester, Gouda, Edam, serta berbagai keju yang
sama sekali asing baginya, beberapa yang terbesar dibiarkan terbuka atau
dibelah hingga kelihatan bagian tengahnya. Keju Roqueforts dan Gorgonzola
dengan bebas memamerkan jamur hijaunya, dan sepasukan Camemberts membiarkan
cairan keluar dari tubuh mereka.
Sesampainya di
Artwerpen ia bergegas ke rumah Van Schoonbeke, yang mengucapkan selamat atas
keberhasilannya dan kembali memperkenalkan Frans kepada teman-temannya seolah
mereka baru bertemu dengannya. “Mijnheer Laarmans, pedagang besar bahan
makanan.” Kemudian ia menuangkan anggur. Mengapa ia mengatakan “bahan makanan”,
bukannya keju? Secara keseluruhan, kecuali baunya, keju adalah produk
terhormat, bukan? Keju telah dibuat selama berabad-abad, dan salah satu sumber
kekayaan orang Belanda. Keju makanan semua orang; tua-mua, besar-kecil. Sesuatu
yang dimakan manusia, akan dengan sendirinya, memperoleh derajat tertentu.
Di antara para
teman yang teratur makan malam di rumah Van Schoonbeke terdapat berbagai
pengusaha, setidaknya ada dua pengusaha gandum, sebab mereka pernah
membicarakannya. Mengapa keju harus kalah dari gandum? Frans merasa harus
segera mengubah pendapat itu. Siapa yang penghasilannya paling besar, dialah
pemimpinnya, masa depan terbuka luas dan telah ia pun telah memutuskan untuk
mengabdikan diri pada keju.
Fine membaca
surat kontrak Hostra dengan teliti, ia ragu dengan keputusan Frans yang berniat
meninggalkan General Marine. Fine berkata “Tentu saja tidak ada alasan keju tak
laku,” dia mencoba menghibur, “Kau harus bekerja keras. Meski demikian, jika
jadi kau, aku akan tetap hati-hati. Di galangan kau dapat tenang, bekerja
dengan gaji tetap.” Bagi Frans itu kebenaran yang nyata. Melalui rapat
pertimbangan, usaha tetap dilaksanakan tanpa berhenti kerja dari galangan.
Abangku yang orang dokter itu kemudian menuliskan surat keterangan: penyakit
syaraf untuk diserahkan pada atasannya Mijnheer Henri.
General
Antwerpen Feeding Products Association (Gafpa) adalah nama perusahaan keju
Laarmans. Banyak hal yang perlu dilakukan untuk mempersiapkan kantor pengusaha.
Di kantor harus ada kertas surat, meja kerja, mesin tik, alamat telegram, map
surat, dan seribu satu hal lain, sehingga Frans pun sangat sibuk
membereskannya. Semua harus cepat diurus, mengingat dua puluh ton keju Edam
akan segera datang dan semuanya harus siap.
Keju itu tiba. Frans
belum tahu bagaimana cara memperlakukan keju Edam. Perusahaan EMKL Blauwhoed yang
mengantarkan keju menanyakan ke mana mereka harus mengirimkan keju itu. Biasanya
keju akan dikirim ke alamat-alamat pembeli. ” Kukatakan bahwa dua puluh ton ini belum
terjual, “ jawab Frans. Kalau begitu, mereka menyarankan untuk menimbunnya ke
Kelder Paten-gudang paling bagus.
Kiriman
percobaan dari Honstra berisi 10.000 bola keju, masing-masing dua kilo, dikemas
dalam 370 peti paten. “Biasanya keju Edam dikirim lepas,” kata orang itu,
“namun ini keju tua berkualitas sehingga kemasan macam ini memang pantas.”
Kemasan seperti itu memudahkan pengiriman dan keju ini akan dijual dalam satuan
dua puluh tujuh, sebab tiap peti berisi dua puluh tujuh.
Menjual keju dua
puluh ton dalam waktu dua minggu tidak mudah. Maka Frans lalu memasang iklan:
“Importir besar keju Edam mencari agen andal di semua kota Belgia dan wilayah
Luxemberg, lebih disukai yang mempunyai pelanggan toko keju. Tulis surat ke
Gafpa, Jl. Verdussen 170, Antwerpen, disertai rujukan dan riwayat pekerjaan
sebelumnya.” Hasilnya 164 surat masuk dengan berbagai ukuran dan warna.
Empat belas hari
sudah berlalu sejak Frans mengangkat tiga puluh agen, terbagi rata untuk
seluruh negeri, tanpa gaji tapi dengan
komisi lumayan. Namun tetap tak ada pesanan masuk.
Ketika Honstra
menyatakan hendak singgah ke Belgia sebelum meneruskan perjalanannya ke Paris.
Frans panik. Keju terjual baru satu peti ditambah 16 bola keju yang diberikan
percuma untuk dicicipi. Namun satu hal sudah pasti. Jika saat Honstra datang
keju Edam tak terjual semua, maka hancurlah Gafpa. Dengan semangat pertarungan
hidup atau mati, Frans mengambil koper rotan dan mengisinya dengan satu bola
keju. Ia berusaha menawarkan jasa agen keju dengan toko-toko keju. Dia pun
berkeliling Belgia. Ada satu toko keju yang selalu ramai, maka ia pun
menghampiri toko keju tsb untuk memberikan penawaran sebagai agen keju Edam
tunggal dari Amsterdam. Lalu ia pun bertemu dengan Mijnheer Platen pemilik
salah satu toko keju tsb. Kenyataan, Mijnheer Platen pernah bekerja dengan
Honstra. “Saya sendiri pedagang keju. Saya kenal baik Honstra. Bertahun-tahun
saya jadi agennya untuk Belgia dan wilayah Luxemberg, namun menurut saya
harganya mahal. Jadi, jangan buang waktu anda, Mijnheer,” kata Mijnheer Platen.
Frans pun pulang dengan letih dan habis daya.
Ia merasa apa
perlunya menemui Honstra, uang penjualan keju satu peti dapat dikirimkan dan
peti keju lain yang tidak terjual tersimpan rapi di kelder. Menara kejunya
telah hancur.
Hari ini Frans
kembali ke General Marine. Dia duduk di meja kerjanya yang lama dan mulai
bekerja. Para sejawatnya hanya memberi Frans surat-surat pesanan yang mudah
untuk diketik sedang berkas dengan kolom-kolom panjang penuh istilah teknis
yang melelahkan mereka ketik sendiri. Aneh, selama bertahun-tahun Frans tak
pernah menyadari bahwa kantor ini dapat begitu menyenangkan. Di tengah keju dia
tercekik, sementara di sini, di sela waktu mengetik surat yang satu dengan yang
lain, ia dapat mendengar sejenak suara batinnya.
Malam itu juga ia
menulis surat kepada Honstra mengabarkan bahwa karena alasan kesehatan dia terpaksa
batal menjadi perwakilan agen keju Edam Amsterdam di Belgia dan wilayah
Luxemberg serta menambahkan catatan bahwa keju yang belum terjual tersimpan di
kelder bagus milik EMKL Blauwhoed dan uang pembayaran keju yang terjual dikirimkan
lewat wesel. Dengan surat itu ia telah menutup jalannya sendiri, sebab Frans tak
pernah tahu apakah akan mengalami lagi gairah keju. Tak ada lagi perbincangan tentang keju di
rumah. Semuanya kembali seperti sebelumnya, anak-anak yang patuh, anak-anak
yang terpuji. Istri yang baik, istri yang penyayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar