Minggu, 15 September 2013

Budaya Baru kah?


 
Setiap hari kerja tak kurang dari delapan lampu lalu lintas saya lewati. Setiap hari pula saya melihat budaya menerobos atau melanggar lampu merah. Para pengendara sepeda motor itu mungkin saja sedang diburu waktu. Lantas yang menjadi pertanyaan apakah dengan melakukan pelanggaran tsb mereka dapat berhemat waktu? 

Memang harus diakui jumlah pertambahan kendaraan bermotor tidak diikuti dengan pertambahan jumlah ruas jalan, sehingga membuat banyak ruas jalan terutama di hari kerja tampak padat. Butuh perjuangan keras agar bisa melalui tiap ruasnya untuk mencapai tempat beraktifitas (kantor, sekolah, tempat kursus, dll) atau apapun itu.

Para pengendara bermotor hanya akan patuh bila melihat polisi yang sedang bertugas mengatur arus lalu lintas bila polisi tsb sudah tidak keliatan batang hidungnya maka kondisi ruas jalan akan kembali semrawut. Apakah ini suatu budaya baru dalam berkendaraan? tidak peduli akan hak pengguna jalan lain, tidak peduli dengan peraturan, atau bahkan tidak peduli dengan keselamatannya sendiri?

Kondisi sikap tidak peduli ini menambah keragaman budaya negatif yang berlaku jamak di masyarakat. Masih tersisakan sedikit rasa empati terhadap hak dan keselamatan pengguna jalan yang lain? 

Jika mereka berargumen bahwa sebelum melanggar atau menerobos lampu lalu lintas sudah memperhitungkan resiko dan melihat situasi arus kendaraan tidak serta merta pernyataan itu menjadi pembenaran atas perbuatannya!





2 komentar:

  1. Ayo, ngaku, lo juga gitu kan, Chie? Hehehe. Dua tahun terakhir ini, gw gagal setertib dulu dalam berkendara. Kota ini gila, memakasa kita jadi predator. :(

    Menulis terus, Ci! Tulisan ini jauh lebih baik dan jelas dari tulisannya sebelumnya! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. baru 8 bln ini aq aktif bawa motor. ehm, aq jarang melakukan itu karena aq jg ga mau hak jalanku diserobot orang.

      Hapus