Judul buku : Totto Chan
Penulis : Tetsuko Kuroyanagi
Tahun buku : 1981
Penerbit : Kodansha Publisher
Tebal buku: 281 hlm
Buku ini menceritakan tentang seorang gadis kecil yang
bernama Tetsuko namun mama Tetsuko memanggilnya dengan sebutan Totto Chan. Dia
tinggal bersama kedua orang tuanya dan seekor anjing yang bernama Rocky. Cerita
dalam buku ini berdasarkan kisah nyata perjalanan hidup Totto Chan.
Pertemuannya dengan pak Kepala Sekolah Sosaku Kobayashi mengantarnya untuk
menemukan “watak baik” dalam dirinya.
Kisah ini diawali dengan Totto Chan yang dikeluarkan dari
sekolah dasar. Padalah waktu itu dia masih duduk di bangku kelas 1. Alasan
Totto dikeluarkan sangat sederhana bahwa guru yang mengajarnya tidak tahan lagi
dengan perilaku berekpresinya. Misalnya Totto pernah berdiri di samping jendela
ruang kelasnya selama jam pelajaran. Wajahnya menghadap ke luar ruangan. Ketika
ditanya dia sedang apa, dia menjawab bahwa dia sedang menunggu para pemusik
jalanan. Tidak hanya satu, setiap pemusik jalanan yang melintas di depan
jendelanya dia langsung meminta kepada mereka untuk memainkan lagu. Ketika
ditegur, Totto hanya menjawab “kan sayang bila mereka dibiarkan lewat begitu
saja”. Totto juga sering mengatakan “Kau
sedang apa” pada saat jam pelajaran ketika ditanya dia bertanya kepada siapa.
Dia blang dia sedang bertanya kepada burung-burung yang sedang terbang, tupai
yang sedang berteduh di pohon di dekat gerbang sekolah. Hal-hal tersebutlah
yang membuat guru di sekolah Totto merasa tidak bisa tahan lagi dengan
perilakunya tsb. Totto Chan, anak yang mempunyai daya khayal yang tinggi. Dia juga
sangat menyukai hal yang baru. Totto chan pernah meminta kepada petugas
penggumpul karcis kereta api agar diperbolehnya menyimpan satu karcis kereta.
Namun hal ini tidak diperbolehkan.
Di sekolah barunya, Tomoe Gakuen. Totto Chan banyak
menemukan hal menarik yang tidak akan terdapat pada sekolah lain. Gerbang
sekolah Tomoe terbuat dari dua batang kayu yang masih ditumbuhi ranting dan
daun. Ruang kelasnya pun bukan bangunan dari batu bata namun menggunakan enam
gerbong kereta api yang sudah tidak terpakai.
Di Tomoe Gakuen lah, dia bertemu Sosaku Kobayashi. Pertama kali bertemu
dengannya, Totto Chan merasa aman, hangat, dan senang. Belum pernah ia menemui
orang yang mau mendengarkan cerita dia berjam-jam tanpa merasa bosan.
Dengan tutur kata yang sederhana, Tetsuko mengajak
pembacanya untuk mengikuti betapa serunya hal-hal yang Totto Chan kerjakan. Di
buku ini juga diceritakan bahwa orang dewasa setidaknya bisa mendengarkan apa
yang anak-anak mereka katakan. Bila anak-anak terlalu berlebihan dalam
mengekspresikan dirinya bukan berarti dia anak yang mempunyai perilaku payah.
Sekolah sebagai salah satu sarana belajar anak tidaklah harus mengekang
murid-muridnya dengan ketentuan pengajaran yang ada. Di sekolah Tomoe ini,
tidak seperti sekolah lainnya yang setiap jam pelajaran diisi oleh satu mata
pelajaran. Di awal mata pelajaran, guru akan membuat daftar semua soal dan
pertanyaan mengenai hal-hal yang akan diajarkan hari itu. Kemudian anak-anak
diperbolehkan memilih mata pelajaran yang disukainya. Sangat menyenangkan bila
memulai hari dengan sesuatu yang menyenangkan. Dengan metode pengajaran seperti
ini guru-guru dapat melihat minat yang dimiliki anak didiknya termasuk cara
berpikir dan karakternya.
Selanjutnya dalam buku ini digambarkan
peristiwa-peristiwa yang dialami Totto Chan, teman-temannya,
pelajaran-pelajaran yang diterima seperti kegiatan piknik bersama, makan siang
bersama, berkemah, pergi mengunjungi kuil, menyiapkan lagu untuk sekolah
Tomoe.
Metode pendidikan yang diterapkan oleh Sosaku Kobayashi
kepada anak didiknya adalah menemukan watak baik di setiap anak dan
mengarahkannya. Karena pada dasarnya, setiap anak dilahirkan dengan watak baik,
yang dengan mudah bisa rusak karena lingkungan mereka atau karena pengaruh
buruk orang dewasa.
Lalu kisah Totto Chan tutup dengan musnahnya sekolah
Tomoe dimakan api karena serangan bom di Tokyo tahun 1945.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar