Hup,
ia melompat dari ketinggian 80 cm. Ia
bebas melompat, berlari ke sana kemari. “ hore bebas”, kata Dolly, “ayo Brin lompat”. Sambil memandang ke arah ia
tadi melompat. Terlihat sosok Brin yang menjulur-julurkan kepalanya ke bawah,
“ Abang, gimana nih, tinggi banget”. Dolly, “ayo cepet lompat ga apa apa kok,
ga usah takut, ayo kita main mumpung
pintu kandangnya lagi di buka". Brin kembali memberanikan diri untuk bersiap
melompat, “huah, abang ga bisa nih. Aku kan juga mau main. Bagaimana dong?”.
Dolly tidak mendengar perkataan brin karena dia sibuk menggali lubang di
sekitar pohon mangga.
Pohon
mangga sudah berusia 20 tahun, tidak lagi berbuah,
daunnya mulai meranggas dan ditumpangi benalu, kulit pohonnya mulai
retak
karena termakan usia. Disekitar akar pohon tua tsb terlihat gundukan
sarang semut merah. Dolly tidak merasa takut pada semut-semut merah itu,
dia mulai
menggali terus menggali dengan kedua kaki depannya. Nyam-nyam-nyam,
mulutnya mulai terlihat mengunyah
akar-akar kecil pohon mangga tsb. “Abang, dimana kamu”, kata Brin. Brin
masih belum
melompat keluar, sesekali ia melongo ke bawah “ seram, knapa tinggi
banget sih”
lanjut Brin. Sang empu yang sengaja melintas untuk melihat apakah kedua
peliharaannya
tsb sudah keluar kandang apa belum menemukan bahwa Brin masih berada
dalam kandangnya. “Oh, kamu ga berani melompat ya” ujar sang empu. Hup,
lantas ia pun mengangkat tubuh Brin kemudian menurunkannya di tanah.
“Sana main”
ujar sang empu. Brin, senang sekali akhirnya dia bisa main di tanah.
Berlari,
melompat, selonjoran, menggali lubang, menggoda kucing tetangga yang
kadang
mampir tidur di teras rumah. Hup, hup hup, dia melompat kegirangan.
Kemudian Brin melihat sosok Dolly. “Abang, lagi apa?”, kata Brin...sruk,
sruk, “ ayo
sini bantuin, akar ini enak loh, mau?”. Segera ia menghampirinya. Mereka
berdua lalu sibuk menggali dan menggali. Lelah menggali mereka, mereka
bersantai di
bawah kandang. Tinggi kaki kandang sekitar 20 cm dari tanah, sehingga
memungkinkan mereka beristirahat dibawahnya.
Angin
datang seolah meniup bulu-bulu lembut mereka. ”ah, Ademnya”, kata
Brin. Tak terasa hari telah sore. sang empu datang
menghampiri tempat mereka beristirahat, serta mencoba menangkap mereka.
“Ih, apain sih kami
kan masih mau maen” kata Brin. Keduanya lantas melompat dan berlari
menghindari
tangan-tangan yang berusaha menangkap. “tertangkap
kalian, ayo masuk ke kandang, sudah sore", gumam sang empu. Tak lama
kemudian terdengar suara Krauk, krauk dari kangkung yang sedang
dikunyah Brin dan Dolly sebagai
menu makan sore itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar