Judul buku : The New York Times: Menulis Berita Tanpa
Takut atau Memihak
Penulis : Ignatius Haryanto
Tahun buku : 2006
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit :Yayasan Obor Indonesia
Tebal buku: XXVI + 120 hlm.
New York Times (NYT) dalam
usianya yang kini telah lebih dari 100 tahun, di kala industri pers di dunia
makin menjadi komersil, dan makin menonjolkan sisi hiburan dibanding sisi
informasinya tetap semangat untuk menjalankan praktik jurnalistik yang terbaik,
dan juga menyampaikan berita tanpa pandang bulu, tanpa takut atau memihak.
NYT sendiri telah terbit sejak
tahun 1851 dan namun baru pada tahun 1896, Adolph Ochs membelinya dari R.
Miller. Dari awal Ochs menghindari korannya untuk menjadi organ partai politik
atau kelompok bisnis. Ochs sukses mengelola NYT dengan banyak menyajikan
berita-berita ekonomi, hukum, dunia pemerintahan serta ulasan buku serius. Dari
kumpulan berita-berita tersebutlah koran ini kemudian disukai pembacanya.
Banyak hal yang bisa dipelajari
dan dapat dijadikan panutan dari koran The New York Times ini. Selain sebagai
koran peraih penghargaan jurnalistik Pulitzer terbanyak dibanding koran lain di
Amerika antara tahun 1918-2004 melalui liputan politik dalam negeri, liputan
internasional, pemberitaan soal sains, laporan investigasi, dan editorial serta
mempunyai pengaruh yang luas baik terhadap para pembacanya maupun petinggi di
Amerika.
Pencapaian Times sebagai grup
perusahaan sampai saat ini memliliki 27 surat kabar, 9 buah mingguan, 5 stasiun
tv lokal, dan 2 stasiun radio. Memang dibandingkan dengan perusahaan media
lainnya Times tidak sangat agresif dalam hal ekspansi memperluas kerajaan
medianya.
Pada kepemimpinan NYT generasi
keempat, Arthur Jr. ini dihadapkan pada tantangan apakah koran ini dapat
meneruskan dan mengembangkan semangat Adolph Ochs, sementara industri pers yang
dihadapi oleh saat ini sudah berbeda sekali dengan zaman Ochs. Pada zaman Ochs
sarana untuk menyampaikan berita bisa menggunakan kawat telegraf, telepon, dan
pos, sementara pada industri pers saat ini menghadapai tantangan serius dari
media lain bernama internet.
Beberapa peristiwa penting yang
pernah dihadapi oleh NYT:
Kasus Jason Blair
Pada April 2003, NYT pernah
diguncang oleh kasus Blair yang merupakan kasus malapratik jurnalistik. Lalu
bagaimana NYT menyikapi kasus ini? selain permintaan maaf secara terbuka, NYT
pun melakukan restrukturisasi internal organisasi, membentuk kelembagaan public
editor serta memperbaiki kode etik yang mereka miliki agar kejadian ini tidak
terjadi lagi di masa depan.
Reputasi untuk menjadikan NYT
sebagai koran yang dipercaya oleh publik Amerika, bukanlah terjadi dalam
semalam. Butuh waktu lebih dari seratus tahun untuk mendirikan kepercayaan
publik dan juga membangun prestasi yang membuatnya jadi referensi utama
pembuatan kebijakan berbagai hal krusial di dunia.
Perseteruan dua kantor utama: New
York dan Washington
Di Times ada dua kota utama dalam
koordinasi pemberitaan, New York dan Washington. Para reporter dan redaktur
dari kedua biro ini saling menonjolkan diri dan bersaing satu sama lain,
walaupun keputusan utama tetap diambil oleh biro New York. Menurut Gay Talese
dalam bukunya The Kingdom and The Power, ada suatu kekakuan tersendiri di
kalangan dinasti Ochs-Sulzberger dalam mengelola berita, dan membuat jajaran
mobilitas vertikal para editor berbakat tersendat karena bagaimana pun juga
mereka yang ada di puncak kekuasaan redaksi haruslah orang yang direstui oleh
klan keluarga ini. kebijakan surat kabar ini adalah kebijakan keluarga tersebut
dalam bidang jurnalistik, dan ada semacam mekanisme tersendiri yang dilakukan
oleh klain ini untuk menyingkirkan orang-orang yang dianggap tak bisa mereka
terima untuk naik ke posisi yang lebih tinggi.
Perang dunia I
Pada liputan perang dunia I,
ketika perang baru mulai dan Amerika belum terlibat dalam perang tersebut,
pemberitaan dan foto-foto banyak diambil dari sisi Jerman, sementara
sebaliknya, dalam editorial NYT, redaksi menghujat pemerintah Jerman dan
Austria yang dianggapnya telah menyebabkan terjadinya perang. Posisi yang
seperti ini membuat banyak pihak marah, baik dari pihak Amerika maupun di Jerman.
Keseluruh awak NYT sadar dengan apa yang telah mereka lakukan, dan mereka siap
dengan risiko atas sikap yang diambilnya. Atas sikap yang tegas tadi, pembaca
times menunjukkan penghargaannya.
Perang dunia II
Pada liputan perang dunia II,
Times mengerahkan seluruh wartawannya untuk mengali informasi dari berbagai
sisi, dan dari berbagai lokasi sehingga seakan Times tak kehilangan setiap
sudut berharga dalam sejarah yang sedang terjadi saat itu. Times lebih
mengutamakan kualitas liputan daripada meningkatkan pendapatan iklan tanpa
mengurangi mutu korannya.
Krisis Kuba 1961
Untuk pertama kalinya para editor
NYT berbeda pandangan menyangkut pemberitaan penyerbuan Amerika ke Kuba pada
tahun 1961. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Presiden Kennedy. Kebijakan
yang diperdebatkan adalah untuk memperkecil ruang pemberitaan terhadap liputan
penyerbuan ke Kuba (Teluk Babi), karena di dalam penyerbuan itu ada keterlibatan
CIA. Kubu pendukung kebijakan (Dryfoss dan Reston) berpikir jika Times menerbitkan
laporan rencana penyerbuan itu maka akan membahayakan pertahanan, dan keamanan
nasional Amerika. Sementara kubu penentang kebijakan (Daniel etc), menolak
sikap swasendor dari Times tersebut, dan bahkan telah merencanakan agar liputan
itu menempati halaman pertama. Kemudian para editor kubu penentang ini meminta
agar Dryfoss sendiri yang mengucapkan secara terbuka pelarangan tulisan
tersebut, serta menyebutkan alasannya. Dryfoss akhirnya berbicara terbuka
tentang perhatiannya terhadap masalah pertahanan, dan keamanan Amerika dan juga
untuk kehidupan banyak orang Kuba. Tapi setelah penyerangan gagal, presiden
Kennendy menyebutkan bahwa Times terlalu protektif untuk kepentingan Amerika
dan seharusnya Times mencetak seluruh berita yang mereka ketahui sebelum
penyerangan dimulai untuk menggagalkan operasi itu dan juga untuk menghindari
banjir darah yang terjadi kemudian.
Vietnam dan Pentagon Papers
Halberstam adalah koresponden
Times yang ditugaskan melaporkan peristiwa di Vietnam Selatan secara fulltime
sejak tahun 1962-1964. Dalam salah laporannya, Halberstam mengatakan bahwa
kenyataannya Amerika tak pernah menang di Vietnam. Atas laporan tersebut presiden
Kennendy merasa terganggu, dan ia mengatakan kepada Arthur Ochs “Punch”
Sulzberger, bahwa Halberstam telah kehilangan objektivitasnya dalam menulis
berita. Bahwa ia “terlalu dekat dan terikat oleh objek beritanya” dan
menyarankan agar Halberstam dipindahkan ke tempat lain saja. Buat Punch di sini
masalahnya bukanlah soal apakah kebijakan Amerika di Vietnam Selatan itu benar
atau salah, ataupun masalah apakah Halberstam objektif atau tidak, tapi
persoalan utamanya apakah seorang presiden Amerika punya hak untuk mengatakan
pada korannya apa yang harus mereka lakukan terhadap reporternya.
Pentagon papers merupakan dokumen
sejarah tentang keterlibatan Amerika di Vietnam. Times menurunkan serial
laporan pentagon papers dengan pertimbangan bahwa agar dokumen tertutup ini
bisa diketahui oleh publik, bahwa pada saat Amerika berusaha untuk menjadikan
Vietnam merdeka dari pengaruh komunis, Amerika pun mendukung usaha Perancis
untuk kembali menguasai Vietnam, dengan cara melakukan perang, lalu menyabotase
Perjanjian Genewa yang diprakarsai oleh Perancis, dan menciptakan kelompok lain
di Vietnam Selatan untuk melawan pengarus komunis. Pada saat yang sama pula
pemerintah Amerika berbohong kepada konggres atas apa yang mereka lalukan di
Vietnam.
Atas serial laporan tersebut,
pemerintah Amerika meminta Times untuk menghentikan laporannya melalui pihak
kejaksaan, dan menyebutkan bahwa meneruskan laporan tersebut akan menyebabkan
kerugian yang tak dapat diperbaiki bagi kepentingan keamanan Amerika. Namun
pihak Times tidak bergeming dengan permintaan tersebut. Pemerintah Amerika pun mengugat
Times. Pada putusan di tingkat Mahkamah Agung, NYT dapat meneruskan publikasi
serial pentagon papers. Karena dalam amandemen pertama Amerika, ada pengakuan
yang sangat tegas atas kebebasan berbicara dan kebebasan pers.
Fakta di atas mengungkapkan bahwa
NYT selalu berusaha menyajikan informasi-informasi yang merupakan hak publik.
Mereka memperlakukan pembaca, pengusaha, pengiklan, pengusaha secara setara
dalam kebutuhannya terhadap informasi. NYT pun pernah menghadapi tekanan
politik dari pemerintahan yang berkuasa namun mereka tetap bisa memegang teguh
semangat pendiri NYT “menyampaikan berita tanpa pandang bulu, tanpa takut atau
memihak”.