Judul buku : Kitchen
Penulis : Banana
Yoshimoto
Tahun buku : 1988
Diterbitkan
pertama kali oleh
Penerbit : KPG
Tahun : 2009
Tebal : 200 hlm
Kematian adalah
suatu yang berat tapi mau tidak mau kita akan mengalaminya. Orang-orang yang
dekat dengan kita lenyap satu per satu dalam hitungan waktu. Ketika tersadar,
diri kita akan sebatang kara, semua yang ada di depan mata tampak tak nyata. Peristiwa
kematian itu lah yang menjadi penghubung di antara kedua tokoh yang ada di buku
Kitchen ini. Mikage Sakurai dan Yuichi Tanabe.
Sebelum dipungut
oleh keluarga Tanabe, Mikage tinggal berdua saja dengan neneknya di sebuah
apartemen di daerah Tokyo. Dia telah kehilangan kedua orang tuanya ketika masih
kecil dan kakeknya ketika menjelang masuk SMP. Kemudian neneknya pun meninggal
dunia dan hal tsb membuatnya terpukul. Berteman dengan kesedihan yang begitu menyakitkan,
membuatnya gelisah dan mencari tempat yang nyaman untuk meringkuk di balik
selimut lalu tidur.
Bagian dari
rumah yang paling disukainya ialah dapur. Orang sering bilang, kita bisa
menilai tipe pemilik rumah hanya dengan melihat kesukaan pemiliknya. Di mana
pun, seperti apapun, sepanjang tempat itu dapur dan digunakan untuk memasak
makanan. Dia menyukainya. Ada berhelai-helai lap kering bersih dan ubin putih
berkilau. Kulkas berukuran raksasa yang memuat berbagai bahan makanan untuk
persediaan selama musim dingin juga ada di sana. Mikage sering terlena dalam
pemikiran seperti ini; jika suatu hari tiba waktuku untuk mati, aku ingin
mengembuskan nafas terakhirku di dapur. Tentu menyenangkan mati di dapur.
Namun pada
kenyataannya hidup memang menakjubkan. Yuichi Tanabe kemudian datang untuk
mengundang Mikage tinggal bersamanya. Nenek Mikage memang meninggalkan uang
walaupun begitu apartemen mereka itu terlalu luas dan terlalu mahal untuk
ditempati seorang diri.
Yuichi bekerja
paruh waktu di toko bunga yang kerap dikunjungi nenek. Karena menyukai bunga
potong dan agar tidak kehabisan bunga untuk di dapur, maka nenek berkunjung ke
toko itu dua kali seminggu dan Yuichi pernah datang ke apartemen mereka untuk
mengantarkan pot berukuran besar.
Yuichi tinggal
bersama ibunya Eriko. Eriko berpenampikan sangat mempesona. Rambutnya tergerai
indah sampai ke bahu, kedua matanya yang sipit bersinar cemerlang, bentuk
bibirnya bagus, hidungnya mancung. Bila diperhatikan seksama Eriko juga
memiliki kekurangan–kekurangan yang manusiawi; kerutan karena usia ataupun gigi
yang kurang rapi. Meski begitu, dia tetap luar biasa. Yuichi bercerita, dulunya Eriko laki-laki,
nama sebenarnya Yuji. Eriko adalah nama istrinya. Sejak istrinya meninggal
dunia, Eriko berhenti bekerja. Dia bilang, dia sudah tidak bisa mencintai
siapa-siapa lagi dan tak punya sanak keluarga lagi. Dengan memikirkan
membesarkan anak seorang diri, dia memutuskan untuk menjadi perempuan. Karena
tak suka setengah-setengah, dia mengoperasi seluruh tubuhnya, termasuk wajah
dan dengan uang yang tersisa, dia membeli kelab malam.
Mikage tinggal hampir
setengah tahun tinggal bersama dengan keluarga Tanabe. Mikage juga memutuskan
untuk berhenti kuliah dan memfokuskan diri untuk belajar memasak secara
otodidak. Sepanjang musim panas, dia terus-menerus memasak seperti orang gila. Dia
menggunakan semua upah kerja paruh waktunya untuk membeli keperluan memasak,
dan jika gagal dia akan mengulangi lagi semua proses dari awal sampai berhasil.
Berkat kegilaannya memasak, mereka bertiga sering makan bersama. Pada awal
musim gugur, Mikage mengikuti ujian penyaringan untuk menjadi asisten peneliti
masakan. Mikage beruntung diterima bekerja di sana setelah belajar mati-matian
selama musim panas. Gurunya tidak hanya mengajar di kelas namun juga sering
muncul di majalh dan TV. Dan Mikage pun memutuskan untuk pindah dari apartemen
keluarga Tanabe.
Eriko meninggal
dunia di penghujung musim gugur. Dia
dibunuh oleh seorang laki-laki gila yang mengejar-ngejar dirinya. Dia tertarik
lalu mengutit Eriko hingga tiba di tempat ia bekerja. Ketika tau bahwa
perempuan cantik yang diikutinya ialah seorang laki-laki, dia pun syok. Suatu
malam tiba-tiba dia menusuk Eriko dengan pisau. Mikage baru mengetahui kejadian tsb satu bulan
kemudian setelah Yuichi menghubunginya.
Bagiku, kematian
Eriko masih berada jauh dari jangkauan. Kematiannya seperti badai syok di kejauhan
yang perlahan-lahan mendekat. Sungguh kenyataan yang muram. Yuichi pun tak
berdaya.
Eriko sudah
tiada. Bagaimanapun indahnya dan panjangnya kehidupan kami, kami tak akan
pernah lagi berjumpa dengan Eriko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar